Minggu, 10 November 2013

PESTA LAMPION TENGGARONG KUTAI KARTANEGARA





Merupakan rangkaian kegiatan menerbangkan lampion malam hari  yang digelar dalam acara festival kota raja ll tenggarong yang berlangsung meriah pada sabtu malam tanggal 26 Oktober 2013 di halaman kantor Bupati Kutai Kartanegara. Sebanyak 5.500 target lampion akan diterbangkan untuk meraih penghargaan rekor MURI yang sebelumnya telah dipecahkan oleh daerah Purwakarta. Pihak penyelenggara acara pesta lampion ini telah menyediakan lampion sebanyak 5.700 dengan penuh yakin lampion yang gagal terbang hanya beberapa saja dan mencapai rekor 5.500 lampion. Dalam acara ini, di sponsori oleh Oppo Smartphone dan Bank Kaltim. 





Semua komunitas dan masyarakat hadir dan membaur menjadi satu untuk meramaikan acara ini serta adapula mahasiswa dari Samarinda dan Tenggarong seperti Politeknik Negeri Samarinda , Universitas Mulawarman serta Unikarta Tenggarong yang turut meramaikan serta ikut andil dalam menerbangkan lampion.
Acara ini di ramaikan pula oleh band asal tenggarong serta balikpapan .






Sungguh suasana malam yang sangat indah ketika lampion yang diterbangkan bertaburan dilangit Kota Raja tenggarong. Sangat menyesal lah jika ada masyarakat yang tidak datang untuk menyaksikan ribuan lampion terbang memenuhi langit kota raja malam itu, karena peristiwa malam yang indah itu hanya terjadi dalam 1 tahun sekali.














Pada saat pembakaran lilin lampion .





Pada saat selesai pembakaran lilin lampion dan tinggal menunggu lampion mengembang dan mengudara.



Ribuan lampion mewarnai langit kota Tenggarong






Tampak seorang lelaki yang mangabadikan moment indah itu.




















Para mahasiswi Politeknik Negeri  asal Samarinda.




TENGGARONG KUTAI CARNIVAL (TKC )

TENGGARONG KUTAI CARNIVAL (TKC )




Merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kota Tenggarong yang baru berlangsung selama dua tahun. Menurut pendapat masyarakat dan seluruh komunitas yang hadir serta Bupati Tenggarong mengatakan bahwa acara tahun inii lebih meriah dari tahun sebelumnya. Dan Insyaallah tahun depan akan dibuat acara TKC yang lebih meriah lagi. Nama sebelum digunakannya TKC ini yaitu Kukar Fashion Art Carnival. Perubahan nama ini di buat dengan tujuan agar mengangkat kota tenggarong bukan sebagai kota wisata saja yang hanya terkenal pada budayanya tetapi pada karnavalnya juga.

Kegiatan ini sebenarnya dibuat dengan tujuan untuk memeriahkan hari ulang tahun kota Tenggarong yang ke 231. Dengan ini , di harapkan masyarakat Tenggarong dapat bersama sama merayakan hari jadi kota Tenggarong . Tahun depan 25 oktober 2014, InsyaallahTKC akan dilaksanakan di pulau Kumala dengan tujuan agar pulau kumala dapat aktif kembali sebagai salah satu destinasi tujuan wisata yang ada di Tenggarong.

Kemudian, adapun tema yang diusung dalam TKC ini yaitu ‘’ The Magic of Borneo ‘’ yang menampilkan keindahan dalam 3 kostum yang berbeda yakni Belian, Seraung dan Anggrek. 


Selama 2 tahun ini, pihak pelaksana dari kegiatan acara TKC menggandeng pihak luar sebagai konsultan dalam berbusana yaitu JFC ( Jember Fashion Carnaval ). Sebanyak 101 talent yang tampil memukau dan menghibur penonton ( lebih banyak tahun ini daripada tahun sebelumnya yang hanya 75 talent saja ).  Selain berjalan dan berlenggok didepan para semua  undangan , mereka  juga akan berkarnaval dijalan kurang lebih sepanjang 3 kilometer.  Diharapkan pula tahun depan dapat membawa JFC lagi sebagai konsultan dari acara ini. Turut hadir pula artis ibukota Poppy Shofia sebagai bintang tamu untuk meramaikan TKC.


Salah satu video TKC.



Anggrek (orchid of borneo) yang membawakan busana sangat indah dan mempesona.






Para talent yang melenggok bagaikan seorang putri.




Tarian yang disuguhkan untuk para undangan dan masyarakat yang hadir.





Wow.





Bersayap kelelawar





Dipadu dengan alat musik terompet.






keren bangeettt.




















Bertemakan seraung.


Jumat, 08 November 2013

SARUNG TENUN OLEH-OLEH KHAS SAMARINDA

Sarung tenun Samarinda merupakan sarung  yang dibuat dengan menggunakan alat tradisional tanpa menggunakan mesin atau yang biasa masyarakat sebut dengan gedokan. Sarung ini merupakan sarung khas buatan orang Samarinda yang mana dapat di jadikan buah tangan ketika akan pergi meninggalkan daerah ini. Sarung ini pula dibuat oleh pengrajin dari Samarinda Seberang yang mayoritas penduduknya adalah orang bugis asli.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sarung ini berasal dari negeri Cina (kualitas impor) yang mana pembeliannya dilakukan melalui jalur Surabaya. Dan di daerah Samarinda Seberang ini hanya 3 orang saja yang menjual benang yang telah di belinya dari Surabaya. Maka dari itu, sarung tenun ini memiliki harga yang tidak menentu setiap waktunya yang dari hari ke hari harga nya semakin naik mulai dari harga Rp.15.000 hingga sekarang harga yang paling rendah sekitar Rp.250.000 karena bahan impor tersebut.

Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 1,5 hingga 2 bulan dalam pembuatan 1 stok sarung ( 30-50 sarung ). Pembuat desain / motif sarung ini pun sekarang hanya tinggal 1 orang saja yang dulunya ada 3 orang dan siapa saja yang akan membuat sarung tenun harus meminta desainnya dari orang ini. Dan juga , pembuatan sarung ini pun tergantung dari motif dan corak yang berbeda, apabila motifnya rumit maka  harga yang ditawarkan pun akan semakin mahal. Sarung-sarung dengan motif yang ada tidak selalu tersedia atau bisa dikatakan memiliki stok sarung yang terbatas.

Motif dengan warna yang beragam.
Adapun sedikit sejarah tentang adanya sarung tenun  di Samarinda ini adalah ketika orang bugis dari sulawesi yang akan berlayar menuju Samarinda Seberang ini selama berbulan bulan lamanya merasa bosan dan jenuh di atas kapal. Dan kemudian orang bugis ini berpikir bagaimana cara nya agar menghasilkan sesuatu yang bisa bermanfaat, akhirnya terlintas lah dibenaknya untuk membuat sarung tenun. Ketika orang bugis ini sampai di Samarinda, sarung tenun yang di buatnya pun telah jadi dan dipakai oleh tetangganya. Dan tetangga itupun senang memakainya , lalu bertanya tentang cara pembuatan sarung tenun tersebut. Setelah kejadian itu, orang bugis ini mau mengajarkan tentang cara pembuatannya dan mengajarkan pula kepada tetangga yang lainnya. Hingga sekarang sarung tenun ini masih turun temurun di ajarkan kepada warga masyarakat sekitar yang ingin membuat sarung tenun dan berkembang sampai saat ini.
Bentuk contoh alat tradisional pembuatan sarung tenun (gedokan).













Contoh bentuk sarung tenun.



























 



Macam-macam motif sarung :





















Bentuk motif sarung yang dibuat menjadi kemeja ataupun baju-baju khusus wanita.



MASJID SHIRATAL MUSTAQIM, SAMARINDA SEBERANG

Masjid shiratal mustaqim memiliki sejarah yang sangat berarti bagi masyarakat Samarinda Seberang, karena ada hal gaib telah terjadi pada saat pertama kali akan mendirikannya. Disisi lain, masjid ini pula merupakan masjid tertua  di Samarinda yang konon awal mula berdirinya hanya ada 4 tiang saja.


Sedikit sejarah singkat tentang masjid shiratal mustaqim ini adalah pada tahun 1881 tokoh agama yaitu syeh Abdul Rahman Assegaf (pangeran bendahara) membangun masjid bersama masyarakat dari pagi hingga sore hari dan tidak dapat mendirikan 4 tiang utama pondasi masjid ini. Dan kemudian saat maghrib, datanglah seorang nenek-nenek yang menggunakan baju serba berwarna putih meminta izin kepada pangeran bendahara untuk membantu mendirikan 4 tiang utama masjid tersebut. Warga yang mendengar permintaan seorang nenek ini merasa kaget dan tidak percaya dengan apa yang akan dilakukan nenek ini, karena mereka berpikir  sangat mustahil bahwa orang banyak saja tidak dapat mendirikan 4 tiang ini, apa lagi hanya seorang nenek tua saja. Namun pangeran bendahara mengizinkan nenek tersebut untuk melakukan apa yang ingin dilakukannya. Lalu nenek itu meminta syarat agar tak seorangpun warga masyarakat yang boleh keluar rumah setelah selesai shalat isya sampai pada waktu subuh (tidak boleh ada seorangpun yang melihat/mengintip) ketika nenek ini membangun tiang tersebut.

Setelah waktu telah subuh, barulah warga berani untuk keluar rumah dan mereka melihat 4 tiang tersebut telah berdiri kokoh. Keesokan harinya, warga masyarakat mencari nenek berbaju putih yang mendirikan tiang itu, namun tidak mereka temukan hingga sekarang ini nenek itu menghilang entah kemana. 
Adapula  mimpi dari seorang tokoh agama tersebut bahwa mimbar yang terdapat didalam masjid ini tidak boleh untuk dipindahkan/merubah posisi mimbar. Segala sesuatu yang telah ada didalam masjid ini tidak boleh dirubah atau dipindahkan.Menurut sejarahnya, kayu  4 tiang utama ini didapatkan dari masing-masing tempat yang berbeda-beda yaitu Palaran, Karang Mumus, Gunung Lipan,  dan dari daerah masjid itu sendiri. Uniknya lagi, sebagian tiang didalam masjid ini didirikan tanpa menggunakan paku.
Penghargaan yang telah didapatkan oleh masjid ini yaitu Tahun 2003 meraih gelar masjid bersejarah ke 2 dalam acara festival masjid bersejarah di Jakarta. Kekurangannya hanya pada barang-barang masjid yang telah habis diambil oleh orang  (piring, guci dsb).

Gambar salah satu dari empat tiang utama.

Menara masjid shiratal mustaqim.

MASJID SHIRATAL MUSTAQIM, SAMARINDA SEBERANG

Taman makam daeng mangkona.
Lamohang daeng mangkona merupakan seorang tokoh penting dalam cikal bakal berdirinya Kota Samarinda. Daeng mangkona mendirikan pemukiman di tanah rendah yang diberikan oleh kesultanan kutai  bersama rombongannya yang berasal dari Sulawesi (orang-orang bugis wajo) karena menghindari penandatanganan perjanjian bongaya yang diharuskan tunduk pada semua aturan Belanda karena kalah perang.

Taman Makam ini jarang dibuka karena beberapa faktor yang tidak seharusnya terjadi, yaitu adanya orang orang yang tidak bertanggung jawab dalam penggunaan makam seperti orang-orang yang mabuk masuk ke dalam makam dan dipakai untuk tidur. Kemudian ada pula yang memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan finansial seperti cari nomor (togel) dan berjudi didalam lingkungan makam. Makam ini dibuka hanya saat ada wisatawan yang datang untuk berziarah saja.

Gambar makam lamohang beserta dengan makam istri dan keluarganya.
Taman makam ini sebaiknya perlu untuk dibenahi lagi dan dipromosikan oleh pemerintah dan masyarakat sekitar agar dapat lebih dikenal oleh penduduk Samarinda  serta penduduk dari luar yang tinggal di Samarinda bahwa di sini lah seorang tokoh pendiri Samarinda awal mulanya. Makam ini sendiri pun di buat dengan tujuan untuk menghormati jasa daeng mangkona karena telah mendirikan daerah samarinda khususnya Samarinda Seberang.
Pintu masuk ke makam.

Sedikit cerita tentang mitos penunggu makam yaitu ular berkepala naga. Foto ini didapat saat pak Abdillah kuncen dari makam tersebut tengah berjualan di pasar malam didekat makam itu, yang mana makam belum ada perbaikan pagar seperti sekarang ini. Saat itu, ketika bapak ini berjualan, ada salah seorang anak kecil yang hanya mencoba coba untuk mengambil gambar bapak abdillah menggunakan kamera handphone  (hanya sekedar iseng saja). Yang didapat bukan foto dari bapak abdillah, melainkan dengan gambar ular berkepala naga berada di atas pagar kayu  kecil yang persis bagian kepala nya menjuntai ke bawah tanpa menyentuh tanah. saat itu , anak kecil dan bapak abdillah kaget dengan hasil foto yang didapatkan.  Mulailah pak abdillah memperbanyak bukti foto keberadaan ular berkepala naga penunggu makam lamohang daeng mangkona tersebut untuk diberitakan kepada warga masyarakat dan wisatawan yang datang.

Bentuk replika kapal milik lamohang daeng mangkona beserta rombongannya sebagai perwujudan atas apresiasi terhadap pendirian kota samarinda khususnya daerah samarinda seberang.
Gambar makam para rombongan lamohang daeng mangkona yang tersebar ke beberapa titik lahan .
Alas kaki mohon di lepas.








Makam daeng mangkona


DESA WISATA BUDAYA LEKAQ KIDAU SEBULU, KUTAI KARTANEGARA

Hampir mirip dengan desa Budaya Pampang di Samarinda , desa wisata budaya Lekaq Kidau merupakan sebuah desa yang dimana penduduk nya bersuku asli Dayak Kenyah . Penduduk di desa ini pula kebanyakan memeluk agam Kristen katolik, tetapi sebagian lagi ada yang beragama islam. Rumah-rumah kayu berbentuk panggung banyak menghiasi perjalanan saya kali ini.  Dengan diawali dengan perjalanan saya dari kampus Politeknik Negeri Samarinda menuju kota Tenggarong  yang kemudian kami di kawal oleh orang orang dari kantor Bupati untuk menunjukkan kami jalan menuju desa wisata lekaq kidau, Sebulu.
Keadaan / akses jalan menuju kesana agak sedikit memprihatinkan, selain jauh juga sangat tidak di anjurkan untuk menggunakan kendaraan roda dua, karena dapat memungkinkan hal-hal yang tidak di inginkan.
Setibanya disana, saya beserta rombongan harus menyeberangi sungai Mahakam dengan kapal milik penduduk untuk dapat sampai ke desa tersebut. Yang sangat di sayangkan pula, desa ini juga tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadahi. Contohnya dari kapal penyebrangan ini karena hanya ada beberapa saja penduduk yang memilikinya.
Tidak banyak saya temui penjual souvenir khas dari desa  ini hanya ada beberapa saja, karena mungkin disebabkan oleh penduduk nya yang hanya sedikit saja dan tidak terlalu memperhatikan atau memperdulikan tentang keuntungan dari ada nya penjualan kerajinan khas masyarakat Dayak yang dapat memberikan pemasukan masyarakat didaerah itu.
Saat  itu ketika saya berkunjung ksana, kebetulan sedang di adakan acara pesta panen untuk merayakan keberhasilan dalam bercocok tanam dengan cara berterimakasih kepada Dewa tanah.  Pesta panen ini di hadiri oleh Bupati Kutai Kartanegara Ibu Rita Widyasari beserta jajarannya, tokoh Bali, tokoh-tokoh adat serta masyarakat Dayak desa Lekaq Kidau. Kegiatan acara ini digelar di  lapangan desa Lekaq Kidau Sebulu. Di  awali dengan penyembelihan babi yang kemudian di lanjutkan dengan tari-tarian khas masyarakat Dayak. Setelah itu dilanjutkan lagi dengan kegiatan menumbuk beras menjadi tepung menggunakan alat semacam lesung ( tetapi lesung disini bukan berasal dari kayu ulin ), memasukkan hasil tumbukan beras tadi ke dalam bambu berukuran tidak terlalu besar dan setelah itu dibakar dengan menggunakan api sedang yang telah memiliki bara api. Dan acara ini di isi lagi dengan berbagai lomba yang diikuti oleh masyarakat Dayak dari beberapa daerah, seperti tenggarong, loakulu , dsb.



Salah satu bentuk ukiran patung yang terdapat di salah satu tiang lamin warga desa.
Ukiran nya so beautiful,right.


bentuk ukiran ditiang lamin.